EFISIENSI SISTEM BANGUNAN GEDUNG
Disusun oleh Yuliansyah Nagata guna memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Kalimat Pembuka
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ini untuk memenuhi soal Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah Bahasa Indonesia yang berjudul "Efisiensi Sistem Bangunan Gedung".
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengajar yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam mata kuliah ini. Rasa terimakasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi yang bermanfaat.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas tentang sistem yang terdapat pada bangunan gedung. Pembahasan pada artikel ini sangat berkaitan erat dengan MEP (Mechanical, Electrical, dan Plumbing) karena bangunan tidak akan berfungsi dengan normal tanpa adanya sistem yang terdapat di dalam bangunan. Oleh karena itu pentingnya kita mengenali sistem pada bangunan gedung maupun bangunan tempat tinggal.
Gambar 1: Building Management System MEP trane.com |
Bangunan gedung dalam iklim tropis seperti Indonesia pada umumnya memiliki karakteristik konsumsi energi yang sama, dengan sebagian besar energi digunakan untuk HVAC, kemudian pencahayaan, dan terakhir sistem dan sub-sistem lainnya dalam bangunan gedung. Dalam bahasan ini, akan ditampilkan cara-cara untuk mencapai efisiensi energi lebih tinggi melalui desain dan pengawasan yang lebih baik, dengan mempergunakan teknologi baru dan operasi dan pembeliharaan yang tepat.
1. Pencahayaan Artifisial (Listrik)
Gambar 2: Strategi untuk sistem pencahayaan dengan efisiensi energi |
Gambar 3: Table kebutuhan lux atau cahaya pada ruangan |
1.1 Sumber - Sumber Cahaya
1.2 Integrasi Dengan Cahaya Alami
Untuk mencapai penghematan energi dalam pencahayaan, pencahayaan artifisial harus diintegrasikan dengan cahaya alami. Sebagai batas minimum, perlu mengadaptasikan unit lampu dengan penyebaran matahari dalam ruang tersebut. Disarankan untuk memisahkan pengaturan lampu yang dekat dengan jendela atau kaca atap dari pengaturan pencahayaan artifisial yang lain dalam ruang.
Gambar 4: Table panduan desain IESNA Design Guide untuk isu kualitas cahaya |
1.3 Standar Nasional
Gambar 5: Table standar pengunaan energi maksimum pencahayaan (SNI 6197:2011) |
1.4 Perilaku Manusia
1.5 Langkah - langkah Efisiensi Energi Pencahayaan
- Matikan lampu yang tidak dibutuhkan
- Pastikan lampu yang digunakan menerangi subjek yang tepat dan cahaya tidak diteruskan ke tempat yang tidak dibutuhkan
- Pastikan peralatan lampu yang dipilih memiliki rasio-output-cahaya yang tinggi
- Batasi penggunaan pencahayaan untuk fitur dan penampilan
- Meminimalisasi penggunaan pencahayaan dekorasi
- Hindari menerangi area secara berebihan
- Gunakan simulasi komputer untuk tingkat luminasi yang tepat
2. HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning)
Gambar 6: VRF Air Conditioning System Sumber: insulation.org |
2.1 Standar Nasional
Mengacu pada Standar nasional Indonesia untuk Konservasi energi sistem tata udara bangunan gedung (SNI 6390:2011), desain dari sistem HVAC harus memenuhi tingkat efisiensi minimum yang terukur dalam COP (coefficient of performance – koefisiensi performansi) atau kW/TR (kilowatt per Ton Refrigerasi) sebagaimana tertera pada tabel berikut:
Gambar 7: Efisiensi Energi Minimum (SNI 6390:2011) |
2.2 Kapasitas Beban AC
Kapasitas AC yang cocok bergantung pada banyak faktor, termasuk iklim, konfigurasi bangunan gedung, penggunaan ruang, spesifikasi lingkungan dalam ruangan, tata ruang dan zona sistem. Seluruh faktor ini seharusnya dispesifikasi dalam Owner Project Requirements (OPR). Salah satu faktor paling penting dalam menghindari ukuran yang kebesaran adalah asumsi beban pendinginan yang digunakan pada tahap desain. Angka umum yang digunakan untuk bangunan gedung kantor di Indonesia adalah 146.53 W/m2 (500 BTU/m2 per jam) atau 205.15 W/m2 (700 BTU/m2 per jam). Namun dengan desain, modeling, dan simulasi terinci, angka beban pendinginan ini dapat dikurangi hinga mendekati angka nyatanya.
2.3 Langkah - langkah Efisiensi Energi Pemakaian AC Pada Gedung
- Maksimalkan ventilasi alami.
- Kurangi pengunaan alat sumber panas dari peralatan elektrikal, mesin kantor dan lain-lain.
- Pastikan bahwa pemanasan dan pendinginan tidak beroperasi bersamaan.
- Bersihkan dan periksa filter pada jadwal yang teratur.
- Ubah pengaturan sistem pendinginan per perubahan musim untuk menghemat 1-3% dari biaya pendinginan untuk setiap kenaikan 1 derajat setting dari termostat.
- Pasang termostat ke suhu 24-25°C atau lebih tinggi saat tempat kerja dihuni, dan 28°C atau matikan setelah jam kerja.
- Kurangi pendinginan ruangan atau matikan sistem saat bangunan gedung tidak dihuni.
3. Sistem Transportasi Gedung
Pertimbangkan efisiensi energi saat merencanakan sistem transportasi dalam bangunan gedung seperti eskalator, lift, dan lain-lain. Eskalator adalah unit pengangkut beban yang didesain untuk mentransportasi orang antara dua tujuan yang berbeda. Eskalator digerakkan oleh motor listrik dan menggerakkan anak tangga dan rel tangan pada kecepatan yang disinkronisasi. Eskalator didukung oleh tiang penopang yang terdiri dari seluruh komponen mekanikal, seperti unit penggerak, rem dan rantai. Eskalator umumnya memiliki kecepatan sekitar 0,5 m/s – cukup cepat untuk menyebabkan pemindahan yang cepat tanpa mengabaikan kenyamanan dan keselamatan.
Perkembangan teknologi hemat energi mengambil pendekatan-pendekatan berbeda dalam menangani faktor-faktor penyebab ketidakefisienan dalam sistem transportasi vertikal. Faktor penyebab ini dapat dibagi ke dalam dua kelompok utama: langsung dan tidak langsung. Untuk simulasi bangunan gedung komersil 15-lantai dan simulasi tempat tinggal 25-lantai, regenerasi mengurangi penggunaan listrik hingga 30% secara relatif terhadap sistem motor traksi dengan persneling sebagai kasus acuan. (Enermodal Engineering Limited 2004, Market Assessment for Energy Efficient Elevators and Escalators, Final Report)
3.1 Langkah - langkah Efisiensi Energi Pemakaian Transportasi Pada Gedung
- Periksa penggunaan energi lift dan eskalator secara teratur.
- Lakukan pemeliharaan teratur terhadap motor lift dan eskalator.
- Pastikan bahwa mode hemat energi atau mode tidur bekerja dengan baik.
- Hiasi tangga untuk mendorong penggunaan tangga.
- Tinjau lalu lintas orang dan sesuaikan pengaturan lift.
- Integrasi Sistem Manajemen Energi Bangunan Gedunng (SMEBG)
4. Sistem Elektrikal
Gambar 8: Panel Control System Termination |
4.1 Langkah - langkah Efisiensi Energi Pemakaian Transportasi Pada Gedung
- Didik seluruh penghuni kantor dan ciptakanlah budaya “mematikan” terkait peralatan elektronik untuk menghemat energi dan mengurangi perolehan panas.
- Pasang program hemat energi pada komputer.
- Dorong penggunaan screen saver menjadi “hemat energi”.
- Jangan tinggalkan peralatan dalam kondisi menyala.
- Pasang pengatur waktu pada vending machines dan peralatan lain yang sesuai.
- Ganti bank kapasitor yang berukuran atau memiliki desain berlebihan dengan bank kapasitor yang memiliki kapasitas lebih kecil.
- Beli peralatan yang menggunakan energi lebih sedikit dan/atau memiliki fitur hemat energi.
5. Sistem Kebakaran dan Keselamatan (Fire Protection)
Gambar 9: Box Hydrant dan Hydrant Pillar pada gedung Sumber: 99.co |
5.1 Standar Instalasi System Fire Protection
- NFPA (National Fire Protection Association) adalah organisasi internasional yang memajukan ilmu pengetahuan serta metode pencegahan dan proteksi kebakaran. NFPA menerbitkan kode dan standar dalam lingkup pencegahan kebakaran, kelistrikan, serta keamanan gedung. Standar pemasangan instalasi hydrant berdasarkan NFPA adalah sebagai berikut:
- NFPA 20: Standar instalasi pompa sentrifugal
- NFPA 14: Standar instalasi sistem selang dan pipa tegak
- NFPA 13: Standar instalasi sistem sprinkler
- SNI (Standar Nasional Indonesia) digunakan sebagai standar yang belaku di indonesia untuk melindungi jiwa dari bahaya kebakaran. Berikut adalah SNI untuk pemasangan hydrant:
- SNI 03-1735-2000: Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
- SNI 03-1745-2000: Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kerbakaran pada bangunan gedung.
- SNI 03-3989-2000: Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler automatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
6. Pengunaan Air
6.1 Pengaruh Air dan Pendauran Ulang Terhadap Efisiensi Energi
Gambar 10: Proses Scalling Pipa Chiller yang berkerak |
6.2 Manajemen Air Hujan
- Lebih baik membuang air hujan dari 20 menit pertama untuk menghindari kandungan asam dalam hujan.
- Sebaiknya diadakan proses untuk mengontrol fouling biologis.
- Penyimpanan air hujan sebaiknya dikalkulasi berdasarkan jumlah yang direncanakan akan dipakai dan sangat bergantung pada ketersediaan ruang.
- Peraturan lokal yang mencegah panen air hujan.
6.3 Sistem Distribusi Air
6.4 Langkah-langkah Efisiensi Energi pada Manajemen Air Bangunan
- Pemeriksaan reguler terhadap penggunaan energi dari chiller dan boiler.
- Catatlah suhu pendekatan approach chiller.
- Pastikan program perawatan air berjalan (pemberian bahan kimia, blow-down, dan lain-lain.).
- Periksa menara pendingin (Cooling Tower)secara teratur.
- Periksa elemen penukar kalor setiap tahun (Kondensor dan Evaporator pada Chiller).
- Pasang program perawatan air yang baik, yang mencakup pengawasan parameter air dan parameter biologis per minggu.
- Periksa keberadaan bakteri legionella secara teratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar